Sekretariat:
Museum Benteng Heritage
Jl. Cilame No. 18-20 Pasar Lama, Tangerang 15118, Banten - Indonesia
Tel. +6221 55791139
Wisma 46 Kota BNI #34-08, Jl Jend. Sudirman Kav.1, Jakarta 10220 - Indonesia
Tel. +6221 5745244, 5742112, 5742113
e-mail info@pertiwi.org
Persaudaraan PERTIWI
Peranakan Tionghoa merupakan salah satu kelompok Masyarakat Tionghoa di Indonesia yang sudah bermukim di sepanjang sungai Cisadane sejak lama bahkan jauh sebelum kedatangan rombongan yang dipimpin oleh Chen Chi Lung (Halung) mendarat di pantai Utara pulau Jawa yang dikenal dengan nama Teluk Naga. Kedatangan mereka tercatat pada tahun 1407, di masa Dinast Ming berkuasa di Tiongkok. Kelompok immigran ini diduga adalah sebagian kecil dari rombongan Pelayaran yang terdiri dari hampir 300 kapal-kapal junk kayu yang dipimpin oleh Laksamana Cheng Ho. Armada yang ikut sebanyak hampir 30.000 orang yang terdiri dari berbagai profesi antara lain tentara, pelaut, ahli astronomi, dokter, petani, penterjemah, ahli pertukangan, dll. Laksamana Cheng Ho, seorang Muslim yang lahir dengan nama Ma He (Mohammad He) dan berasal dari suku Hui di Yunnan dipercayai oleh Kaisar Yong Le (Tzu Di) untuk memimpin pelayaran yang dimulai pada tahun 1405 s/d tahun 1433, dimana selama 7 kali perlawatannya mengarungi bukan saja Samudra Selatan tetapi bahkan sampai ke Afrika dan Arab.
Berdasarkan catatan sejarah di atas maka sudah sepatutnya apabila kelompok Masyarakat Tionghoa di Tangerang yang juga dikenal dengan sebutan Cina Benteng bisa dikatakan juga sebagai bagian dari penduduk asli Tangerang yang walaupun banyak yang sudah puluhan keturunan dan tidak lagi berwajah Tionghoa karena telah berasimilasi baik secara biologis ataupun berakulturasi secara Budaya dengan masyarakat setempat namun masih dengan setia menjaga tradisi serta adat istiadat sebagai bagian dari Budaya Tionghoa yang luhur.
Kelahiran Persaudaraan PERTIWI (Peranakan Tionghoa Warga- Indonesia) -Tangerang dan Wilayah Sekitarnya dibidani oleh Museum Benteng Heritage, sebuah Museum yang melakukan pelestarian Budaya Tionghoa di Indonesia. Oleh karena itu diharapkan Persaudaraan PERTIWI ini dapat menjadi wadah dimana Budaya Tionghoa, baik dalam bentuk Kuliner, Kesenian Musik seperti Gambang Keromong, Adat istiadat Kekerabatan, tata Busana, dll. bisa diselamatkan dari kepunahan, dilestarikan bahkan dikembangkan. Disamping itu, sesuai namanya; “Persaudaraan”, sangat penting diketahui bahwa jiwa dari kelompok Peranakan Tionghoa ini adalah menjaga indentitas budaya “kekeluargaan”, sesuai dengan spirit Peranakan yang mengacu pada kalimat bijak Filsuf Tiongkok kuno, Konghucu, yang mengatakan bahwa “Di Empat Samudera, Kita Bersaudara” .
Itulah sebabnya Persaudaraan serta jiwa Nasionalisme yang juga diperjuangkan oleh Persaudaraan PERTIWI merupakan roh dari berdirinya PERSAUDARAAN PERTIWI ini karena orang TIONGHOA adalah bagian dari BANGSA INDONESIA yang tidak dapat terpisahkan dan Budaya Tionghoa juga adalah bagian dari Budaya Nusantara yang perlu dilindungi serta dilestarikan sesuai filsafah Negara:” Bhineka Tunggal Ika”. Empat Pilar Cinta yang diajarkan pada Budaya Tionghoa yang Luhur adalah” 1. Cinta terhadap Orang Tua, 2. Cinta terhadap saudara, 3.Cinta terhadap teman, 4. Cinta terhadap Negara. itulah sebabnya rasa memiliki terhadap Negara Indonesia ini sesuai dengan falsafah Tionghoa sebagaimana dikatakan “Langit Dijunjung Bumi dipijak disitulah Tanah Air Beta”!
Museum Benteng Heritage
Jl. Cilame No. 18-20 Pasar Lama, Tangerang 15118, Banten - Indonesia
Tel. +6221 55791139
Wisma 46 Kota BNI #34-08, Jl Jend. Sudirman Kav.1, Jakarta 10220 - Indonesia
Tel. +6221 5745244, 5742112, 5742113
e-mail info@pertiwi.org
Persaudaraan PERTIWI
Peranakan Tionghoa merupakan salah satu kelompok Masyarakat Tionghoa di Indonesia yang sudah bermukim di sepanjang sungai Cisadane sejak lama bahkan jauh sebelum kedatangan rombongan yang dipimpin oleh Chen Chi Lung (Halung) mendarat di pantai Utara pulau Jawa yang dikenal dengan nama Teluk Naga. Kedatangan mereka tercatat pada tahun 1407, di masa Dinast Ming berkuasa di Tiongkok. Kelompok immigran ini diduga adalah sebagian kecil dari rombongan Pelayaran yang terdiri dari hampir 300 kapal-kapal junk kayu yang dipimpin oleh Laksamana Cheng Ho. Armada yang ikut sebanyak hampir 30.000 orang yang terdiri dari berbagai profesi antara lain tentara, pelaut, ahli astronomi, dokter, petani, penterjemah, ahli pertukangan, dll. Laksamana Cheng Ho, seorang Muslim yang lahir dengan nama Ma He (Mohammad He) dan berasal dari suku Hui di Yunnan dipercayai oleh Kaisar Yong Le (Tzu Di) untuk memimpin pelayaran yang dimulai pada tahun 1405 s/d tahun 1433, dimana selama 7 kali perlawatannya mengarungi bukan saja Samudra Selatan tetapi bahkan sampai ke Afrika dan Arab.
Berdasarkan catatan sejarah di atas maka sudah sepatutnya apabila kelompok Masyarakat Tionghoa di Tangerang yang juga dikenal dengan sebutan Cina Benteng bisa dikatakan juga sebagai bagian dari penduduk asli Tangerang yang walaupun banyak yang sudah puluhan keturunan dan tidak lagi berwajah Tionghoa karena telah berasimilasi baik secara biologis ataupun berakulturasi secara Budaya dengan masyarakat setempat namun masih dengan setia menjaga tradisi serta adat istiadat sebagai bagian dari Budaya Tionghoa yang luhur.
Kelahiran Persaudaraan PERTIWI (Peranakan Tionghoa Warga- Indonesia) -Tangerang dan Wilayah Sekitarnya dibidani oleh Museum Benteng Heritage, sebuah Museum yang melakukan pelestarian Budaya Tionghoa di Indonesia. Oleh karena itu diharapkan Persaudaraan PERTIWI ini dapat menjadi wadah dimana Budaya Tionghoa, baik dalam bentuk Kuliner, Kesenian Musik seperti Gambang Keromong, Adat istiadat Kekerabatan, tata Busana, dll. bisa diselamatkan dari kepunahan, dilestarikan bahkan dikembangkan. Disamping itu, sesuai namanya; “Persaudaraan”, sangat penting diketahui bahwa jiwa dari kelompok Peranakan Tionghoa ini adalah menjaga indentitas budaya “kekeluargaan”, sesuai dengan spirit Peranakan yang mengacu pada kalimat bijak Filsuf Tiongkok kuno, Konghucu, yang mengatakan bahwa “Di Empat Samudera, Kita Bersaudara” .
Itulah sebabnya Persaudaraan serta jiwa Nasionalisme yang juga diperjuangkan oleh Persaudaraan PERTIWI merupakan roh dari berdirinya PERSAUDARAAN PERTIWI ini karena orang TIONGHOA adalah bagian dari BANGSA INDONESIA yang tidak dapat terpisahkan dan Budaya Tionghoa juga adalah bagian dari Budaya Nusantara yang perlu dilindungi serta dilestarikan sesuai filsafah Negara:” Bhineka Tunggal Ika”. Empat Pilar Cinta yang diajarkan pada Budaya Tionghoa yang Luhur adalah” 1. Cinta terhadap Orang Tua, 2. Cinta terhadap saudara, 3.Cinta terhadap teman, 4. Cinta terhadap Negara. itulah sebabnya rasa memiliki terhadap Negara Indonesia ini sesuai dengan falsafah Tionghoa sebagaimana dikatakan “Langit Dijunjung Bumi dipijak disitulah Tanah Air Beta”!