LATAR BELAKANG
Masyarakat Tionghoa di Indonesia
Etnis Tionghoa adalah bagian yang tidak terpisahkan dari keberadaan dan lahirnya Negara Kesatuan Repubilk Indonesia. Berdasarkan catatan buku-buku sejarah, kontak dan bukti-bukti, keberadaan masyarakat Tionghoa sudah berlangsung sejak lebih dari seribu tahun yang lalu.
Sejak kedatangan Fa Hsien seorang biksu yang pada tahun 400 mengunjungi India dan telah kembali ke Tiongkok melalui laut dari Srilanka dengan menggunakan sebuah kapal dagang. Waktu itu dia kehilangan arah karena badai dan terdampar di Jawa pada tahun 414. Dua abad kemudian seorang biksu lain, Iching, mengunjungi Nusantara. Dia belajar teologi di Kerajaan Sriwijaya, Sumatera Selatan. Kunjungan pertamanya terlaksana dalam tahun 671.
Dalam tahun 685-689 Iching mengunjungi negeri ini untuk kedua kalinya melalui pelayaran-pelayaran yang berlangsung dalam periode Dinasti TANG (618-907). Berkat catatan dari para biksu inilah para peneliti modern mendapatkan berita-berita yang memperkaya pengetahuan mereka tentang kehadiran serta kontak yang terjadi antara orang-orang Tionghoa dengan penduduk setempat. Sayangnya catatan tentang keberadaan sejarah orang Tionghoa di Jawa sangatlah minim dibandingkan catatan tentang sejarah kuno Jawa yang dibuat oleh orang-orang Tionghoa di Tiongkok.
Walaupun penemuan keramik-keramik kuno dari Dinasty Han di berbagai tempat di Banten dan Jawa lainnya bisa memastikan bahwa orang Tionghoa sudah datang ke Jawa lebih dari dua ribu tahun yang lalu, orang-orang Tionghoa di Indonesia kebanyakan menyebut dirinya “TENG LANG”, yang berasal dari dialek Hokian yang berarti “orang dari Dynasty Tang”. Kedatangan masyarakat Tionghoa dari Tiongkok ke Nusantara terus berlangsung selama berabad abad hingga awal abad ke dua puluh.
Berdasarkan bukti-bukti sejarah ini, jelas keberadaan Masyarakat Tionghoa di Nusantara telah berakar sejak kurang lebih 1.500 tahun yang lalu dan banyak dari mereka yang telah membumi dan melebur menjadi penduduk asli Indonesia baik yang secara biologis dikarenakan perkawinan campur dengan etnis Indonesia lainnya maupun mereka yang secara budaya telah melebur atau berakulturasi dan menjadi orang Indonesia seutuhnya namun tanpa harus menanggalkan Kebudayaan Tionghoa yang telah diwarisi secara turun temurun. Masyarakat Tionghoa Indonesia inilah yang sekarang dikenal dengan sebutan “Peranakan Tionghoa”
Masyarakat Tionghoa di Indonesia
Etnis Tionghoa adalah bagian yang tidak terpisahkan dari keberadaan dan lahirnya Negara Kesatuan Repubilk Indonesia. Berdasarkan catatan buku-buku sejarah, kontak dan bukti-bukti, keberadaan masyarakat Tionghoa sudah berlangsung sejak lebih dari seribu tahun yang lalu.
Sejak kedatangan Fa Hsien seorang biksu yang pada tahun 400 mengunjungi India dan telah kembali ke Tiongkok melalui laut dari Srilanka dengan menggunakan sebuah kapal dagang. Waktu itu dia kehilangan arah karena badai dan terdampar di Jawa pada tahun 414. Dua abad kemudian seorang biksu lain, Iching, mengunjungi Nusantara. Dia belajar teologi di Kerajaan Sriwijaya, Sumatera Selatan. Kunjungan pertamanya terlaksana dalam tahun 671.
Dalam tahun 685-689 Iching mengunjungi negeri ini untuk kedua kalinya melalui pelayaran-pelayaran yang berlangsung dalam periode Dinasti TANG (618-907). Berkat catatan dari para biksu inilah para peneliti modern mendapatkan berita-berita yang memperkaya pengetahuan mereka tentang kehadiran serta kontak yang terjadi antara orang-orang Tionghoa dengan penduduk setempat. Sayangnya catatan tentang keberadaan sejarah orang Tionghoa di Jawa sangatlah minim dibandingkan catatan tentang sejarah kuno Jawa yang dibuat oleh orang-orang Tionghoa di Tiongkok.
Walaupun penemuan keramik-keramik kuno dari Dinasty Han di berbagai tempat di Banten dan Jawa lainnya bisa memastikan bahwa orang Tionghoa sudah datang ke Jawa lebih dari dua ribu tahun yang lalu, orang-orang Tionghoa di Indonesia kebanyakan menyebut dirinya “TENG LANG”, yang berasal dari dialek Hokian yang berarti “orang dari Dynasty Tang”. Kedatangan masyarakat Tionghoa dari Tiongkok ke Nusantara terus berlangsung selama berabad abad hingga awal abad ke dua puluh.
Berdasarkan bukti-bukti sejarah ini, jelas keberadaan Masyarakat Tionghoa di Nusantara telah berakar sejak kurang lebih 1.500 tahun yang lalu dan banyak dari mereka yang telah membumi dan melebur menjadi penduduk asli Indonesia baik yang secara biologis dikarenakan perkawinan campur dengan etnis Indonesia lainnya maupun mereka yang secara budaya telah melebur atau berakulturasi dan menjadi orang Indonesia seutuhnya namun tanpa harus menanggalkan Kebudayaan Tionghoa yang telah diwarisi secara turun temurun. Masyarakat Tionghoa Indonesia inilah yang sekarang dikenal dengan sebutan “Peranakan Tionghoa”